Empat Hal Penting Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (K-13)
Salah satu hal penting yang menjadi agenda atau fokus dalam implementasi
Kurikulum 2013 (K-13) adalah pembelajaran abad 21. Pada K-13 diharapkan
dapat diimplementasikan pembelajaran abad 21. Hal ini untuk menyikapi
tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran abad 21
mencerminkan empat hal.
1. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking skill)
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui
penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah,
penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis projek. Guru jangan
risih atau merasa terganggu ketika ada siswa yang kritis, banyak
bertanya, dan sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud
rasa ingin tahunya yang tinggi.
Yang perlu dilakukan guru adalah memberikan kesempatan secara bebas dan
bertanggung bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan
membuat refleksi bersama-sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan
jawaban terbuka pun sebagai bentuk mengakomodasi kemampuan berpikir
kritis siswa.
2. Kreativitas (creativity)
Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya. Kembangkan budaya apresiasi terhadap sekecil apapun
peran atau prestasi siswa. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita ingat dengan Pak Tino
Sidin, yang mengisi acara menggambar atau melukis di TVRI sekian tahun
silam. Beliau selalu berkata “bagus” terhadap apapun kondisi hasil karya
anak-anak didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh oleh guru-guru masa
kini agar siswa merasa dihargai.
Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa dalam
belajar, karena pada dasarnya setiap siswa adalah unik. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Howard Gardner bahwa manusia memiliki
kecerdasan majemuk. Ada
delapan jenis kecerdasan majemuk,
yaitu;
(1) kecerdasan matematika-logika,
(2) kecerdasan bahasa,
(3)
kecerdasan musikal,
(4) kecerdasan kinestetis,
(5) kecerdasan
visual-spasial,
(6) kecerdasan intrapersonal,
(7) kecerdasan
interpersonal, dan
(8) kecerdasan naturalis.
3. Ketiga, komunikasi (communication)
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak.
Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan hubungan antar
manusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi
miskomunikasi atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan
bahasa menjadi sangat penting dalam berkomunikasi.
Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa,
baik komunikasi antara siswa dengan guru, maupun komunikasi antarsesama
siswa. Ketika siswa merespon penjelasan guru, bertanya, menjawab
pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah merupakan
sebuah komunikasi.
4. Kolaborasi (collaboration)
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk
berkolaborasi dan bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan
bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian,
melalui kolaborasi akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki, tanggung
jawab, dan kepedulian antaranggota.
Saat ini banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi kurang
mampu bekerja dalam tim, kurang mampu mengendalikan emosi, dan memiliki
ego yang tinggi. Hal ini tentunya akan menghambat jalan menuju
kesuksesannya, karena menurut hasil penelitian Harvard University,
kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil.
Kolaborasi merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang
matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar