Keheningan itu Emas
Sebuah
refleksi iman atas pengalaman kunjungan ilmiah kepada saudara kita yang
beragama Hindu
Keheningan
itu emas………….itulah judul refleksi saya atas sebuah pengalaman hidup yang saya
dapat ketika mengadakan kunjungan ilmiah bersama teman-teman kelas XI IPA dan
XI IPS ke tempat ibadah saudara kita yang beragama Hindu, tepatnya kunjungan
ilmiah ke Pura di Sebrang. Ada begitu banyak pengalaman berharga yang bisa
dijadikan sebuah refleksi iman dan kehidupan mulai dari persiapan sampai pada
waktu pulang. Saya hendak mengangkat tentang pengalaman keheningan. Pengalaman
keheningan ini saya refleksikan dalam kaca mata iman Katolik. Pertanyaanya
adalah mengapa hening itu emas? Apakah saya bertemu dengan emas saat hening?
Apa yang dimaksudkan dengan hening itu emas?
Kalau
teman-teman sempat ke Pura, maka pasti akan merasakan suasana hening. Suasana
yang sama juga kalau misalnya ke Gereja, Mesjid, Wihara dan Klenteng. Intinya,
setiap ke tempat ibadah dari agama mana saja suasana yang pasti didapati adalah
keheningan, sunyi, sepi dan sejenisnya. Saya belajar apa dari suasana hening?
Hening
adalah kesempatan emas bertemu Tuhan
Yesus
ketika berdoa, Dia selalu mencari suasana yang hening, jauh dari keramaian.
Dalam Kitab Suci begitu jelas bagaimana Yesus ketika mau bertemu dengan
BapaNya, Ia mencari suasana hening untuk berdoa. Hal yang sama juga kita temui
dalam suasana hening di Pura. Saya tidak mengatakan bahwa kalau mau berdoa
harus ke Pura. Tetapi apa yang menjadi ajaran Yesus tentang suasana berdoa, itu
juga kita temui dalam kehidupan rohani saudara-saudara kita yang Hindu.
Suasana
hening justru menghantar kita pada pertemuan pribadi dengan Allah secara
personal. Dalam suasana hening pula, kita dengan begitu bebas merasakan
kehangatan dan cinta Tuhan yang luar biasa. Kita bisa merasakan secara pribadi
suara dan bisikan Tuhan kepada kita. Itu berarti keheningan adalah emas. Dalam
agama mana pun, suasana hening sangatlah pas untuk bertemu Tuhan secara
personal.
Sebagai
guru agama, saya sadar bahwa saya masih penuh dengan kekurangan. Saya berusaha
untuk mengisi waktu dengan berdoa di gereja bersama saudara seiman. Tetapi
kadang saya lupa untuk bertemu Tuhan secara pribadi. Pengalaman kunjungan
ilmiah agama bersama teman-teman XI IPA dan IPS menyadarkan saya bahwa saya
pentingnya waktu pribadi dengan Tuhan dalam keheningan. Saya merasa bahwa hanya
dalam keheningan saya bisa dekat dengan Tuhan dan Tuhan juga begitu dekat
dengan saya.
Hening
itu kesempatan emas untuk menenangkan diri
Hidup itu penuh dengan kesibukan.
Kesibukan untuk cerita, belajar, bermain,bercanda dan sebagainya. Makan saja
suatu bentuk kesibukan. Selain itu, hidup itu diwarnai dengan pergumulan.
Pergumulan karena dimarahi, disakiti, dicemooh dan sebagainya. Kadang untuk mengisi
waktu atau lebih tepatnya menghindari kesibukan atau pergumulan, tak jarang
kita mengisi dengan ke pantai, ke tempat yang rame (pasar malam misalnya),
menangis di kamar, cerita dengan teman sampai pagi entah langsung atau lewat
hp. Semua itu baik tetapi tidak menghantar kita kepada kebahagiaan atau bahkan
memberikan kita keringanan dalam menghadapi masalah.
Agar
hidup kita bermakna, suasana hening itu penting untuk kehidupan kita. Tentu
saja hening bukan berarti melamun atau menghayal. Melainkan hening lebih kepada
sikap hidup dimana kita menarik diri sebentar dari rutinitas kehidupan dan
berbagai masalah yang kita hadapi. Disaat hening, kita bisa mengadakan refleksi
dengan melihat kembali semua kehidupan kita dan mengambil sebuah usaha baru
untuk langkah kehidupan yang lebih baik lagi dari yang sudah kita lewati.
Pengalaman
ke Pura adalah pengalaman masuk dalam sebuah suasana keheningan. Tentu saja
bukan Pura saja, masih begitu banyak tempat yang Tuhan berikan kepada kita
untuk masuk dalam keheningan. Tapi dengan melangkahkan kaki bersama teman-teman
XI IPA dan XI IPS, saya belajar bahwa keheningan itu sangat penting dalam
kehidupan kita. Bagi saya, orang yang punya waktu untuk adalah orang-orang yang
kuat dalam menghadapi kehidupannya.
Sebagai
guru, saya selalu menyibukkan diri dengan rupa-rupa kegiatan, entah kegiatan
sekolah atau kegiatan pribadi. Kadang saya lupa untuk mengambil waktu untuk
hening. Kunjungan ilmiah ini lalu menyadarkan kembali saya bahwa saya
membutuhkan waktu hening. Dalam keheningan saya bertemu dengan begitu banyak
inspirasi-inspirasi kehidupan yang luar biasa, yang tidak saya dapatkan saat
saya mengajar atau mempersiapkan materi.